Malumu mahligai yang tidak perlukan senggasana
Tetapi ia menjada diri dan nama
Tiada siapa yang akan, boleh merampasnya
Meliankan kau sendiri yang pergi menyerah diri
[Hijjaz: Puteriku Sayang]
Akhir-akhir ini masyarakat terutama kaum wanita digegerkan dengan maraknya penjualan selaput dara palsu yang berasal dari Cina. Hadirnya kasus ini menuai berbagai kontroversi di kalangan masyarakat. Tidak hanya wanita, laki-laki pun merasa kehadirannya akan menipu mereka. Meskipun harga selaput dara palsu tersebut mencapai satu juta untuk satu kali pemasangan, namun dalam waktu beberapa hari saja, selaput dara palsu tersebut laku keras dan promosisya kian marak di dunia maya. Hal ini menujukan produk tersebut banyak diminati masyarakat.
Penjualan selaput dara ini memang terbilang unik. Bayangkan saja salah satu bagian terpenting dari organ wanita dan hanya dimiliki sekali dalam seumur hidup ini dapat diprosuksi besar-besaran dengan bantuan teknologi dan kemajuan kedokteran.
Selaput dara merupakan selaput tipis yang mengandung darah. Di antara fungsinya adalah untuk menutupi bagian kewanitaan saat masih gadis atau perawan. Selain itu, selaput ini juga yang memisahkan organ-organ reproduksi bagian luar dengan organ-organ reproduksi bagian dalam. Ia menjadi pintu alami bagi keluarnya darah haid yang datang setiap bulan.
Bentuk selaput dara ini memang beragam, ada yang bulat, melingkar, atau ada juga berbentuk lonjong. Selaput ini akan sobek saat terjadi hubungan intim untuk yang pertama kalinya. Robeknya selaput ini ditandai dengan keluarnya bercak-bercak darah, namun kadang ada pula selaput dara ini memiliki bentuk seperti daging atau karet yang tidak robek saat berhubungan. Biasanya, selaput dara semacam ini akan robek setelah wanita tersebut melahirkan. Selaput yang tipis dan kecil tersebut dalam istilah kesehatan disebut dengan hymen. Bagi setiap wanita, hymen Memiliki arti yang sangat besar, sangat berharga, dihormati, dan menjadi kepuasan bagi laki-laki.
Sebagaimana telah melekat kuat dalam pandangan masyarakat, keberadaan selaput dara juga identik dengan nilai keperawanan bahkan kesucian seorang perempuan. Dan akhir-akhir ini dengan sangat mencengankan, selaput dara dapat diproduksi dengan masal dan menjadi sangat murahan. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari pola hidup masyarakat yang begitu bebas dalam pergaulan. Tengok saja bagaimana masyarakat zaman sekarang dari yang kanak-kanak hingga tua renta, terutama remaja putri yang menjadi korban modernisasi dan liberalisasi.
Banyangkan saja dengan hadirnya hal tersebut, pastinya sex bebas akan semakin digandrungi para wanita terutama remaja putri. Prostitusi pun akan semakin tersebar dan penipuan terhadap para laki-laki pun akan marak terjadi. Selain itu, pastinya moralitas kaum perempuan akan semakin menurun dan ambruk. Yang paling utama, jika dulu selaput dara menjadi identitas kesucian seorang perempuan dan menjadi penilaian penting terhadap akhlak perempuan, dengan hadirnya selaput dara palsu ini, maka kemungkinan untuk saat ini hal tersebut tidak berlaku lagi.
Pada dasarnya, keperawanan dengan keutuhan selaput dara memang tidak harus selalu berkaitan. Ketidak utuhan tersebut tidak hanya dikarenakan oleh hubungan badan saja, tetapi bisa dikarenakan kecelakaan, terjatuh, gerak fisik yang berlebihan seperti olah raga, berkuda’ bersepeda dan sebagainya.
Keperawanan merupakan hal yang sangat penting bagi perempuan karena disitulah letak kesucian akhlak dan kesempurnaan iman. Namun demikian, mari lihatlah bagimana kenyataan hari ini dimana tidak sedikit perempuan yang mengumbar auratnya yang berharga. Pakaian yang semestinya dipakai anak usia lima tahu semakin digandrungi oleh gadis remaja dan lucunya ibu-ibu pun beramai-ramai mengenakan hal yang serupa. Bahkan yang paling menghawatirkan, tidak sedikit para wanita yang menyerahkan kegadisannya kepada laki-laki yang bukan suaminya. Mereka tidak akan lagi merasa malu ketika selaput daranya sudah terkoyak sebelum waktunya. Dengan adanya selaput dara palsu ini, tentunya mereka akan dengan mudah mengganti dan mengelabui siapapun. Apalagi dengan obat pencegah kehamilan yang kian marak dimasyarakat, tak pelak lagi akan mempermudah jalan menuju kemaksiatan.
Kenapa semua ini bisa terjadi? ternyata ini tidak lepas dari rasa malu yang terkikis dari jiwa manusia dan dalam hal ini terutama wanita. Padahal rasa malu merupakan nikmat Allah yang dikaruniakan sebagai mahkota kehormatan bagi manusia. Ia adalah prisai yang dianugrahkan untuk melawan syaitan dan nafsu. Kalau pakaian mampu menutup aurat lahir dan batin, maka jadilah rasa malu sebagai benang-benangnya. Malu jualah yang menjadi mahkota yusuf ketika dihadapkan pada tipu daya zulaikha. Hal tersebut juga yang menjadi perisai bagi Abu Bakar Al-Miski ketika seorang wanita mengajaknya berzina. Malu adalah pakaian Rasulullah yang dengannya beliau menjadi lebih terjaga dari pada gadis dalam pingitan.
“Seandainya Allah tidak menutupi perempuan dengan rasa malu, tentu ia lebih rendah daripada nilai sekepal tanah”(al-hadis). Jika rasa malu itu telah hilang, maka keimananpun dipertanyakan. Karena sebagaimana ucapan Rasulullah “al-haya’u minal iman” (malu itu sebagian dari iman). Bahkan diatara kalimat kanabian yang mula-mula adalah “ jika kamu sudah tak lagi memiliki rasa malu, lakukan apa yang kamu mau!” (HR. Bukhari)
Hadis diatas kita pahami tentu bukan pemberian ijin, persetujuan apalagi dukungan. Ini adalah perkataan yang ditajamkan agar mengoyak tabir keinsyafan, dan supaya terlahir kesadaran bahwa rasa malu merupakan benteng utama dalam melawan semua keinginan nafsu hewani manusia. Dengan dengan malu, keimanan dapat terjaga bahkan akan semakin bertambah.
Jika seorang sudah hilang rasa malunya, maka yang paling berhargapun dapat mereka hilangkan seperti halnya keperawanan bagi seorang perempuan. Jika seorang perempuan sudah hilang rasa malunya, secara praktis akan sirna rasa takutnya kepada Allah. Dengan demikian maka akan terjadilah seperti apa yang sekarang marak terjadi yaitu wanita mengumbar harga dirinya dengan sangat murah. Menyerahkan keperawanan kepada laki-laki yang bukan suaminya. NSa’uzubillah
Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Allah SWT telah menciptakan wanita dengan selaput dara yang dimilikinya tidakalah bernilai Cuma-Cuma dan percuama. Keberadaanya adalah bukti keseriusan wanita dalam menjaga dan memelihara kesucian iman dan kegadisannya. Organ itu juga menjadi saksi bahwa dirinya tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebagai mana telah menjadi hukum Allah.
Namun ketika hal itu terkoyak sebelum waktunya (kecuali alasan pemerkosaan, atau kecelakaan) patut kita pertannyakan dimana rasa malu yang merupakan cerminan perempuan. Dimanakah keimanan yang akan membuat akhlaknya semakin menawan dan dimanakah harga dirinya sebagai manusia yang di istimewakan. Maka wajarlah jika terdapat perempuan yang tidak menjaga harga diri dan keperawanannya dianggap tidak punya iman. Huallohu ‘alam. (Lena Mardiana).
Tetapi ia menjada diri dan nama
Tiada siapa yang akan, boleh merampasnya
Meliankan kau sendiri yang pergi menyerah diri
[Hijjaz: Puteriku Sayang]
Akhir-akhir ini masyarakat terutama kaum wanita digegerkan dengan maraknya penjualan selaput dara palsu yang berasal dari Cina. Hadirnya kasus ini menuai berbagai kontroversi di kalangan masyarakat. Tidak hanya wanita, laki-laki pun merasa kehadirannya akan menipu mereka. Meskipun harga selaput dara palsu tersebut mencapai satu juta untuk satu kali pemasangan, namun dalam waktu beberapa hari saja, selaput dara palsu tersebut laku keras dan promosisya kian marak di dunia maya. Hal ini menujukan produk tersebut banyak diminati masyarakat.
Penjualan selaput dara ini memang terbilang unik. Bayangkan saja salah satu bagian terpenting dari organ wanita dan hanya dimiliki sekali dalam seumur hidup ini dapat diprosuksi besar-besaran dengan bantuan teknologi dan kemajuan kedokteran.
Selaput dara merupakan selaput tipis yang mengandung darah. Di antara fungsinya adalah untuk menutupi bagian kewanitaan saat masih gadis atau perawan. Selain itu, selaput ini juga yang memisahkan organ-organ reproduksi bagian luar dengan organ-organ reproduksi bagian dalam. Ia menjadi pintu alami bagi keluarnya darah haid yang datang setiap bulan.
Bentuk selaput dara ini memang beragam, ada yang bulat, melingkar, atau ada juga berbentuk lonjong. Selaput ini akan sobek saat terjadi hubungan intim untuk yang pertama kalinya. Robeknya selaput ini ditandai dengan keluarnya bercak-bercak darah, namun kadang ada pula selaput dara ini memiliki bentuk seperti daging atau karet yang tidak robek saat berhubungan. Biasanya, selaput dara semacam ini akan robek setelah wanita tersebut melahirkan. Selaput yang tipis dan kecil tersebut dalam istilah kesehatan disebut dengan hymen. Bagi setiap wanita, hymen Memiliki arti yang sangat besar, sangat berharga, dihormati, dan menjadi kepuasan bagi laki-laki.
Sebagaimana telah melekat kuat dalam pandangan masyarakat, keberadaan selaput dara juga identik dengan nilai keperawanan bahkan kesucian seorang perempuan. Dan akhir-akhir ini dengan sangat mencengankan, selaput dara dapat diproduksi dengan masal dan menjadi sangat murahan. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari pola hidup masyarakat yang begitu bebas dalam pergaulan. Tengok saja bagaimana masyarakat zaman sekarang dari yang kanak-kanak hingga tua renta, terutama remaja putri yang menjadi korban modernisasi dan liberalisasi.
Banyangkan saja dengan hadirnya hal tersebut, pastinya sex bebas akan semakin digandrungi para wanita terutama remaja putri. Prostitusi pun akan semakin tersebar dan penipuan terhadap para laki-laki pun akan marak terjadi. Selain itu, pastinya moralitas kaum perempuan akan semakin menurun dan ambruk. Yang paling utama, jika dulu selaput dara menjadi identitas kesucian seorang perempuan dan menjadi penilaian penting terhadap akhlak perempuan, dengan hadirnya selaput dara palsu ini, maka kemungkinan untuk saat ini hal tersebut tidak berlaku lagi.
Pada dasarnya, keperawanan dengan keutuhan selaput dara memang tidak harus selalu berkaitan. Ketidak utuhan tersebut tidak hanya dikarenakan oleh hubungan badan saja, tetapi bisa dikarenakan kecelakaan, terjatuh, gerak fisik yang berlebihan seperti olah raga, berkuda’ bersepeda dan sebagainya.
Keperawanan merupakan hal yang sangat penting bagi perempuan karena disitulah letak kesucian akhlak dan kesempurnaan iman. Namun demikian, mari lihatlah bagimana kenyataan hari ini dimana tidak sedikit perempuan yang mengumbar auratnya yang berharga. Pakaian yang semestinya dipakai anak usia lima tahu semakin digandrungi oleh gadis remaja dan lucunya ibu-ibu pun beramai-ramai mengenakan hal yang serupa. Bahkan yang paling menghawatirkan, tidak sedikit para wanita yang menyerahkan kegadisannya kepada laki-laki yang bukan suaminya. Mereka tidak akan lagi merasa malu ketika selaput daranya sudah terkoyak sebelum waktunya. Dengan adanya selaput dara palsu ini, tentunya mereka akan dengan mudah mengganti dan mengelabui siapapun. Apalagi dengan obat pencegah kehamilan yang kian marak dimasyarakat, tak pelak lagi akan mempermudah jalan menuju kemaksiatan.
Kenapa semua ini bisa terjadi? ternyata ini tidak lepas dari rasa malu yang terkikis dari jiwa manusia dan dalam hal ini terutama wanita. Padahal rasa malu merupakan nikmat Allah yang dikaruniakan sebagai mahkota kehormatan bagi manusia. Ia adalah prisai yang dianugrahkan untuk melawan syaitan dan nafsu. Kalau pakaian mampu menutup aurat lahir dan batin, maka jadilah rasa malu sebagai benang-benangnya. Malu jualah yang menjadi mahkota yusuf ketika dihadapkan pada tipu daya zulaikha. Hal tersebut juga yang menjadi perisai bagi Abu Bakar Al-Miski ketika seorang wanita mengajaknya berzina. Malu adalah pakaian Rasulullah yang dengannya beliau menjadi lebih terjaga dari pada gadis dalam pingitan.
“Seandainya Allah tidak menutupi perempuan dengan rasa malu, tentu ia lebih rendah daripada nilai sekepal tanah”(al-hadis). Jika rasa malu itu telah hilang, maka keimananpun dipertanyakan. Karena sebagaimana ucapan Rasulullah “al-haya’u minal iman” (malu itu sebagian dari iman). Bahkan diatara kalimat kanabian yang mula-mula adalah “ jika kamu sudah tak lagi memiliki rasa malu, lakukan apa yang kamu mau!” (HR. Bukhari)
Hadis diatas kita pahami tentu bukan pemberian ijin, persetujuan apalagi dukungan. Ini adalah perkataan yang ditajamkan agar mengoyak tabir keinsyafan, dan supaya terlahir kesadaran bahwa rasa malu merupakan benteng utama dalam melawan semua keinginan nafsu hewani manusia. Dengan dengan malu, keimanan dapat terjaga bahkan akan semakin bertambah.
Jika seorang sudah hilang rasa malunya, maka yang paling berhargapun dapat mereka hilangkan seperti halnya keperawanan bagi seorang perempuan. Jika seorang perempuan sudah hilang rasa malunya, secara praktis akan sirna rasa takutnya kepada Allah. Dengan demikian maka akan terjadilah seperti apa yang sekarang marak terjadi yaitu wanita mengumbar harga dirinya dengan sangat murah. Menyerahkan keperawanan kepada laki-laki yang bukan suaminya. NSa’uzubillah
Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Allah SWT telah menciptakan wanita dengan selaput dara yang dimilikinya tidakalah bernilai Cuma-Cuma dan percuama. Keberadaanya adalah bukti keseriusan wanita dalam menjaga dan memelihara kesucian iman dan kegadisannya. Organ itu juga menjadi saksi bahwa dirinya tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebagai mana telah menjadi hukum Allah.
Namun ketika hal itu terkoyak sebelum waktunya (kecuali alasan pemerkosaan, atau kecelakaan) patut kita pertannyakan dimana rasa malu yang merupakan cerminan perempuan. Dimanakah keimanan yang akan membuat akhlaknya semakin menawan dan dimanakah harga dirinya sebagai manusia yang di istimewakan. Maka wajarlah jika terdapat perempuan yang tidak menjaga harga diri dan keperawanannya dianggap tidak punya iman. Huallohu ‘alam. (Lena Mardiana).
Silahkan selengkapnya berkunjung ke http://saga-islamicnet.blogspot.com/2010/01/keperawanan-dan-nilai-keimanan-wanita.html#ixzz11uwfFtFI
sumber: http://saga-islamicnet.blogspot.com/2010/01/keperawanan-dan-nilai-keimanan-wanita.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih kunjungannya :)