Senin, 05 April 2010

NGGA HARUS SELEBOR

Gaul. Gaul. Gaul. Sebenarnya kita tahu nggak sih apa arti dari gaul itu? Apakah gaul itu mereka yang berjalan dengan gaya rambut Mohawk, sepatu reebok atau nike, celana gaya pensil, baju tipe junkis, atau jamper teranyar, terus dikuping ada headset sama I-pod merek terkenal, Hp dengan fiture menarik dan bisa bikin semua menjadi mudah, trus di dompet ada credit card, ATM, plus uang jutaan, makan selalu di KFC atau McD, motor dan mobil di modif ampe harga modifannya lebih gede dari harga motor atau mobil aslinya. Apa mereka bisa disebut gaul? Yah, kalo ngeliat di zaman sekarang dimana udah semakin “aneh dan gila”, interpretasi seperti itu nggak salah, tapi sama sekali juga nggak bener. Mau tahu kenapa? Karena masing-masing penafsiran amat bergantung pada dari segi mana kita melihat fenomena itu. Karena setiap orang isi otaknya berbeda, jadi hasil dari otaknya pun juga nggak sama…it’s just about our creativity!
Hanya saja, dari sekian interpretasi dan berbagai penafsiran itu, pasti ada, meski tidak sepenuhnya, akan ada yang mendekati dari makna sebenarnya. Dan menurut penulis, gaul itu lebih pada bagaimana kita menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam hal ini, kita harus benar-benar mempergunakan potensi otak kita seoptimal mungkin. Apa gunanya kita termasuk dalam kategori “gaul” sementara otak kita bego’, oon, tulalit, telmi , pendek akal (PA), lemot, dan lola (loadingnya lama…)? Apa gunanya kita punya materi yang berlimpah sementara bahasa inggrisnya makan dan cinta aja mesti buka kamus? Apa gunanya makan makanan enak kalo ditanya ibukota dan presiden amerika serikat aja malah bengong?. Ini sesuatu yang lucu (untuk nggak dibilang gokil). Ya iyalah, masa’ hari gene masih ngerepotin hal-hal yang sudah semestinya kita tahu. Ini belum lagi kita ngomongin perkembangan informasi dan teknologi, politik, pendidikan, agama, social, dan segala tetek bengek permasalahan lainnya. Dan masalah gaul versi anak muda sekarang, itu tidak lebih hanya pendukung saja, karena yang lebih urgen adalah bagaimana kita mengembangkan diri kita hingga bisa bergaul dengan siapa saja…ngomong sama presiden dan para menteri, ayo. Ngomong sama professor, doctor, dan koruptor, came on. Ngomong sama rakyat jelata dan kaum tidak punya, monggo. Ngomong sama preman, mari. Bahkan, ngomong sama tuhan pun, siapa takut?! It’s our mean!. Ini lho, gaul versi kita…



2 komentar:

  1. Salam kenal, sobat...
    Thanks atas kunjungannya ke blogku.

    Positngan di atas mengingatkan saya pada diskursus hermeneutika Filosofis Hans Goerge Gadamer tentang subjektivisme pemikiran. Selama kita tidak terjebak pada shopisme, barangkali tidak ada salahnya...

    BalasHapus
  2. oke trima ksh juga sudah mau berkunjung ke blogku yang ga sbarapa ini.....hehehe

    BalasHapus

Terima kasih kunjungannya :)