Selamat datang cinta, saat ini aku merasakan kau datang kembali untuk mengisi ruang hatiku yang sesak. Mungkin kau akan menjadi bagian dari setiap rasa sesak yang aku derita. Yah, karna hingga kini aku masih tak bisa merasakan cinta yang membahagiakan ku sepenuhnya. Berhari-hari kau selalu memberiku tentang sakitnya hati karna kelembutanmu dan polosnya sikapmu. Entah sampai kapan rasa ini akan selalu kau buat di pelupuk hatiku.
Sungguh cinta, saat ini aku tak ingin kau berdatangan dan menghampiriku. Namun, aku tak bisa berbuat banyak kecuali menyambut kedatanganmu dan menjamumu dengan harapanku yang makin hari makin membumbung tinggi. Walau sejujurnya saat ini yang aku rasakan hanyalah derita akibat hati yang selalu tersayat-sayat.
Cinta, indahnya tingkah lakumu merama-rama di kepalaku. Membelai kerinduanku untuk selalu memujamu. Hingga tanpa sadar aku makin tersiksa dengan semua ini. Selalu gelisah yang kau cipta di malamku. Dan lagi-lagi Kristal-kristal putih berguguran di pelopak mataku. Hingga pada suatu malam yang sepi hatiku bergumam “apakah ini memang jalan hidupku? Atau apakah ini pertanda bahwa kebahagiaan begitu mahal harganya”.
Tak ada yang bisa ku ceritakan di pagimu kecuali keburukanku yang bisa membuatmu muak dan menjijik mendengarkannya. Yah, karna aku hanyalah manusia yang akan selalu mempunyai keburukan. Kelak suatu hari nanti aku ceritakan setiap keburukan pada sejarah hidupku. Dan kau akan makin menjauh hingga tak bisa ku lihat lagi bayanganmu yang selalu hadir di benakku.
Cinta, saat kau nyatakan “maaf aku tak bisa mengabulkan permintaanmu”. kakiku bergetar, jiwaku bergemuruh, mataku nanar menatap layar. Pesan singkat yang kau berikan selalu meruntuhkan asaku untuk bisa membuktikan bahwa aku sangat menyayangimu. Hingga aku terpuruk di sudut kamar, bernyanyi tanpa kata-kata.
Cinta, sudah kau telanjangi aku dengan indahnya sikapmu terhadapku, hingga tak ada yang bisa ku tutupi darimu. Namun, sulitnya menghancurkan karang ketidak percayaan membuatku putus asa. Ah, aku memang tak berharga. Hingga lukalah yang wajib aku terima.
Di setiap malam kau selalu menciptakan sajak sajak. Melukiskan tentang indahnya sebuah perasaan. Menerjemahkan asa yang selalu tercipta. Dan tentang arakan rindu yang selalu kau buat. Namun, di penghujung semua itu hanyalah sembilu yang menghujam diriku. Hingga hanya senyummu yang kau tinggalakan. Ah, aku semakin tak berbentuk di hujam ombak cinta yang kau ciptakan.
Kenyataan ini selalu mengusung jiwaku untuk selalu menyusun harapan agar bisa berteduh di balik lembutnya senyummu. Di setiap kerontang jiwaku yang menggelepar, ada namamu yang terpampang sangat jelas. Lantas, di manakah perasaanmu tentang cerita yang kau cipta ?
Setelah ini aku hanya ingin mengakhiri semua. Namun, bagai mana mungkin aku bisa mengakhiri semua ini bila anganku selalu mengeja namamu. Dan bagai mana mungkin aku lepas dari bayangmu. Bila hasratku telah memasung senyummu. Ah, lagi-lagi diaryku usang………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih kunjungannya :)