“mestinya kau mengerti bahwa cinta ku ini bukanlah sekedar ungkapan di bibir saja yang kemudian sirna bersama hembusan nafas”
Aku sadar, bahwa hidupku ini untuk siapa, dan cintaku ini untuk siapa,dan masa depanku akan kemana. Bukan untuk Zahrona… juga bukan untuk siapa. Hidupku dan cintaku ini untuk Allah, dan masa depanku ini untuk diriku sendiri, yah… meski antara aku dan Zahrona mempunyai rasa yang begitu mendalam. Namun tak bisa ku pungkiri bahwa pendidikan itu adalah masa depanku. Dan Zahrona itu adalah belahan jiwaku, maka bila ku harus memilih di antara salah satu dari itu… maka pendidikanlah yang ku utamakan. yah, walau ku sadar bahwa keputasanku ini tak akan sempurna namun itulah yang ku rasa lebih penting…
Kuteringat saat dimana Zahrona memberi dua pilihan yang membuatku kelimpungan
“Fauzan Al Hammasyi, sang matahari hatiku, dengarkanlah dan resapilah sebilah kata yang akan ku haturkan kepadamu. Dan mungkin kata ini akan menjadi penghantar bagi kelanjutan kisah cinta kita. Fauzan, tiada apapun yang mengisi hatiku saat ini kecuali Allah. Dan tiada ku pungkiri bahwa engkaulah yang menghantarkanku ke jalan-Nya.. walau ku sadari bahwa hidayah itu datangnya dari Allah.. namun engkaulah pelantara itu. Kini saatnyalah ku haturkan permintaanku kepadamu, Fauzan sang matahari hatiku, bersediakah engkau meminangku saat ini?”
Ku lihat wajahnya yang begitu serius, tak biasanya ia begitu.. mungkin karna memang ia sedang menaruh harapan yang begitu banyak terhadapku.
“Zahrona sang penguasa hatiku, kali ini aku kau berikan dua pilihan yang begitu beratnya…. Jujur saja, bukan ku tak mau memenuhi semua ajakan mulia mu itu.. dan, bukan ku tak mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Namun ku rasa aku lebih memilih tuk melanjutkan pendidikanku… karma ku tau bahwa, kelak aku harus menjadi pemimpin dalam rumah tanggaku, maka; demikian, aku harus mempunyai bekal untuk itu. Kenapa kita tidak bertunangan saja terlebih dahulu?”
Ku mencoba memberi pilihan terhadap Zahrona agar tidak terlampau tergesa-gesa….
“aku tau kau sekarang masih dalam tahap pencarian ilmu, namun, salahkah diriku yang menginginkan sebuah kehidupan yang lebih tenang dari kehidupan ku saat ini.. kau tau kan gimana kedaanku di rumah saat ini?”
Ku lihat mimik Zahrona berubah menjadi sedih ketika dia menceritakan prihal keluarganya
“aku lelah dengan semua yang ada di dalam rumahku, sosok ayah yang semestinya bisa memimpin keluarga dan bisa melindungi anak-anaknya semua itu tidak ada pada ayahku, mungkin kau sudah tau bagai mana sifat ayahku, namun bila kau lebih mengatahui semuanya maka kau akan lebih mengerti bahwa aku sangat membutuhkan kamu”
Ada butiran kristal terjatuh dari pipinya, sorot mata yang tadinya tajam, kini menjadi redup tak bercahaya. Zahrona sang penguasa hatiku ini sudah lama sekali mengalami tekanan hingga dia sempat melenceng dari jalan yang seharusnya dia jalani…
“bila kamu tak bisa memenuhi permintaanku, maka hati ini akan pindah ke lain tempat….bukan ku tak mau tuk bertunangan denganmu… namun, ku takut gagal lagi, karna sejauh ini kau dan aku telah sering putus nyambung”
Lirih suara Zahrona membacakan bait bait isi hatinya. Dan, aku hanya bisa mendengarkan dengan hati yang tersayat sayat….
##
Seperti biasa aku yang selalu gundah dengan sosok Zahrona, seperti biasa bintanglah yang mengobati laraku…dan malam ini aku larut bersama makhluk Allah yang sangat indah kala malam tiba… aku bingung harus memutuskan apa, apakah aku harus menikah dengan dirinya saat ini? Kemudian aku harus meninggalkan kuliahku? Ackkkk
Semua itu membuat aku kelimpungan… tapi mengapa dia tidak mengerti keadaanku? Mengapa dia tidak mau menungguku? Mengapa seolah pernikahan itu hanya untuk pelariannya saja?. Lantas, mengapa dulu saat aku belum kuliah .. aku pernah mengajaknya untuk menikah namun, dia bilang “nikah itu tidak gampang butuh begine begitu” tapi kenapa sekarang dia malah mengajakku menikah dengan ketergesaannya? Sungguh aku tak mengerti dengan semua itu…..
Kini aku mengambil keputusan untuk tidak lagi berhubungan dengan dirinya, bukan aku kecewa dengannya namun aku tak mau lagi jatuh cinta kepadanya. Cukup sudah aku di buat kelimpungan dengan sikap dia…..hingga akhirnya cintaku terpisahkan ……
Zahrona penguasa hatiku…
Telah habis kata aku untuk membawamu ke dalam hidupku
Berbait bait rindu yang begitu menggebu sepeti dahulu
Kini berubah menjadi sebilah kepahitan
Maka untuk apa lagi kita berbicara tetang hati?
Bila kesungguhan hanya menemui kematian….
Lantas mengapa ku tak bisa melupakan keegoisanmu?
Apakah itu cinta? Apakah itu hati? Atau, apakah itu pelarian kegelisahan saja?
Biarlah aksara cinta yang ku berikan kepadamu melalui puisi ini menjadi penghantar kebahagianmu dengan dirinya…. Bila bulan depan kau menikah.. janganlah kau undang aku… karna dengan begitu, aku bisa bernafas tanpamu…
Konon: “tiada suatu apapun yang sempurna. Begitu juga tiada keputusan apapun yang sempurna”
Didedikasikan untuk Zahrona penguasa hatiku………
اشاشاشاشاشاشاشاشاشاشاشاشاشاشاشا
BalasHapusBagaimana lagi bila ini yang harus terjadi, dengan besar hati kan kau terima semua ini... Hehe lagu'y siapa yaaah ?!
BalasHapusInsya Allah dengan kesabaran akan berbuah hasil yang indah pada waktunya.